Jumat, 2 Februari 2024 Lapangan SMAN 5 Yogyakarta menjadi magnet bagi warganya. Pasalnya pagi itu seluruh kelas XII menampilkan tarian-tarian cantik nusantara yang sangat memukau para penonton.Bertajuk “KInara Kilau Nusantara Puspanegara “ sebagai bentuk ujian praktik seni tari kelas XII Ankatan 72 ini digawangi oleh Ibu Diah Purwandari, M.Pd. yang telah membimbing dan mendampingi para siswa sejak beberapa minggu lalu.Rangkaian tarian nusantara tersebut merupakan pagelaran budaya yang menampilkan delapan kelompok sesuai jumlah paralel kelas XII, Angkatan 72 Puspanegara dengan mengusung tema-tema unik dan menarik disajikan dengan cantik sesuai tema umum “ “KInara Kilau Nusantara Puspanegara “Tari Renjana Swarnadwipa dari kelas XII MIPA 5 mengawali pertunjukan. Renjana memiliki makna menarik dan gembira, sedangkan Swarnadwipa bermakna Sumatra. Tarian tersebut mengolaborasikan gerakan yang lincah, enerjik, serta gemulai dengan nuansa keberagaman yang kental mampu menghipnotis para penonton. Dipentaskan secara kelompok maupun massal dengan iringan musik yang ritmis dan dinamis memadukan instrumen musik khas Melayu membangkitkan kebahagiaan penikmatnya. Kelas XII MIPA 6 mengusung Samsara Tarian Dayak sebagai temanya. Dengan iringan empat lagu, Flying High, Sink, Ruang Waktu, dan Ampar-Ampar Pisang mereka memadukan keharmonisan antara tradisi dan modernitas. Sentuhan segar seni tari suku Dayak tersebut melahirkan koreografi yang memikat hati. Dengan gerak lemah lembut penuh hormat berlanjut gambaran tentang keanekaragaman budaya Melayu serta perkembangan kota Pontianak. Suasana kota yang senantiasa ceria dan gembira digambarkan melalui bentuk tarian yang lincah dan memikat perhatian. Sebuah seni tari yang bernafaskan Melayu Kalimantan berjudul Kala Nrita Malayu ditampilkan para siswa kelas XII IPS 2. Sementara itu, kelas XII MIPA 1 menekankan pada integrasi dan perpaduan elemen-elemen tari tradisional dari Jawa Timur dan Madura dalamsebuah karya tari kreasi yang inovatif. Rasika Dwipa merupakan The Dance Fusion of Jawa Timur and Madura yang memadukan tari Ngganong , sebuah gambaran patih muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, dan sakti. Tari Eblas menggambarkan gadis-gadis madura yang cantik, feminim, luwes, lincah, dan ceria., Tari Gandrung menggambarkan aksi penyelamatan sisa rakyat yang telah dibantai habis-habisan oleh Kompeni. Sedangkan Tari Pecut mengandung filosofi proses perjalanan manusia nantinya yang akan mengalami kegagalan maupun kesuksesan dalam hidup ini. Kahiji Kabudayaan dipersembahkan para siswa XII MIPA 2. Tari-tarian berlatar kesenian Betawi dan Sunda dibuka dengan tari Rampak Jimbe yang merupakan garapan stella project. Disusul tarian Gajak Gijik dari DKI yang memuat ragam gerak tari topeng cokek, silat, rapat nindak dan kewer. Termasuk tari ondel-ondel yang menjadi ciri khas kebudayaan betawi. Tampilan diakhiri tari Mojang Priangan yang berembrio seni tari Jaipong. Dari tanah Betawi terbang menuju Sulawesi bersama XII IPS 1. Mari Jo Torang Ba Uni merupakan rangkaian tarian asal daerah Sulawesi. Banyak nilai dan fisosofi dari Lagu-lagu yang mengiringinya, di antarnya Si Patokaan yang rancak ditampilkan oleh para penari. Dua penampil terakhir yaitu kelas XII MIPA 3 dengan memilih “Padma Smara Ring Dwipa Dewata”. Sesuaitajuknya tarian yang dipersembahkan berasal dari Pulau Dewata meliputi tari Pendhet, Janger yang tentunya iringan musiknya sangat familiar bagi siapa pun pecinta seni. Pada pertunjukan tersebut juga menyuguhkan sendratari mini kisah Ramayana. Pertunjukan diakhiri dengan tarian dari ujung timur Indonesia. Etaweri To Nu Papua. Sebuah tarian kolosal yang rancak, dinamis, dan ritmis mampu mengundang pesona para penonton. Para penari dengan penuh enerjik mengekspresikan jiwa dan rasa, dengan hentakan-hentakan kaki maupun vokal khas Papua. Antusiasme para penari menyiratkan makna bahwa mereka benar-benar menghayati setiap gerakannya.